Sering kali setiap pergi ke suatu mesjid dengan menggunakan sendal, saya sering lupa bawa sendal apa. Karena dari rumah gak lihat dulu pakai sendal apa. Kadang pakai sendal sendiri, kadang pakai sendal kakak.
Kalau sendal sendiri tentu udah tahu merknya, namun saat pakai sendal punya kakak saya sering lupa mana sendalnya. Dari pada terambil sendal orang, lebih baik pulang terakhir dan menunggu sendal mana yang tersisa.
Pada suatu waktu, hal itu terulang kembali di sebuah mesjid di kota pekanbaru. Saya lupa tadinya waktu berangkat bawa sendal apa. Saya pikir mending tunggu saja sampai orang terakhir keluar dari mesjid, jika ada sendal yang tersisa itu berarti sendal saya.
Setelah menunggu beberapa saat. Satu per satu jamaah keluar, saya kira ada sebuah sendal yang mirip dengan sendal kakak. Tapi setelah ditunggu ternyata sendal itu milik orang lain. Untung saja tadi saya gak ambil sendal itu.
Setelah orang terakhir keluar dari mesjid, ternyata tidak ada satupun sendal yang tersisa. Berarti sudah positif sendal yang saya bawa saat ke mesjid telah raib entah kemana.
Oleh karena itu, saya coba untuk berpikiran positif. Sendal yang hilang itu bukan lagi rezeki saya, tapi sudah menjadi rezeki orang yang mengambilnya. Saya harus belajar mengikhlaskan. Bisa jadi selama ini saya kurang bersedekah sehingga musibah seperti itu sering terjadi pada saya.
Faktanya sandal yang hilang selalu merek yang sama. Akan tetapi saya tak pernah kapok untuk membeli merek sendal itu lagi. Kalaupun hilang lagi, itu bukanlah rezeki saya lagi.
(4) 1# Pejuang Subuh : Bawa Sendal Apa?
On 30 Januari 2014